Kompas.com - Hipnosis yang dikenal oleh kebanyakan orang adalah
praktik hipnosis panggung, seperti yang dilakukan oleh Romy Rafael dan Uya
Kuya. Sebetulnya praktik hipnoterapi dengan hipnosis panggung (untuk pertujukan
atau hiburan) merupakan dua hal yang berbeda, meskipun lama-sama menggunakan
hipnosis sebagai dasarnya.
Menurut Adi W. Gunawan, guru hipnoterapi yang menyebut diri the
re-educator & mind navigator itu, hipnotis panggung sangat mudah
dipelajari dan dipraktikan.
"Untuk menjadi seseorang yang jago melakukan stage hypnosis,
Anda cukup mengikuti lokakarya sehari. Setelah mengerti dasar-dasarnya, Anda
bisa langsung mempraktikkannya," ungkap penulis buku-buku hipnotis antara
lain berjudul Hypnotherapy, the Art of Subconscious Restructuring ini.
Menurut Adi, saking gampangnya, bahkan beberapa pembaca bukunya yang berjudulHypnosis:
The art of Subconscious Communication mengirim e-mail dan SMS
kepadanya menceritakan kemampuan mereka mempraktikkan hipnosis, hanya dari
membaca buku saja. Ada yang bisa membuat temannya kehilangan angka 5 dan lupa
nama dirinya, ada juga yang membuat jalinan kedua tangannya tak bisa
dilepaskan, dan lain-lain.
Mengapa hipnosis panggung bisa sedemikian mudah dipraktikkan, menurut Adi,
karena kebetulan subjeknya memang mudah trance. Seorang praktisi
hipnosis diajarkan bagaimana memilih subjek yang mudah trance, cara
mengetahui kedalaman kondisi trance, maupun efek hipnosis pada subyek.
"Inti dari stage hypnosis adalah kejelian memilih subjek hipnosis dan
kreatif dalam menentukan skenario," papar Adi.
Karena itu, hipnosis panggung perlu persiapan lebih dulu. Mengapa? "Tentu
tidak lucu kalau subjek yang dipilih ternyata sulit masuk ke dalam kondisi
trance. Bisa Anda bayangkan apa yang terjadi kalau praktisi hipnosis
menjentikkan jarinya dan berkata "Tidur!" tetapi subjek itu cuma
cengar cengir," katanya.
Sementara itu, dalam hipnoterapi, para terapis tidak dapat memilih subjek yang
mudah masuk ke dalam kondisi trance. Terapis harus menerima
kliennya dalam kondisi apapun, baik yang sangat mudah, cukup mudah, atau bahkan
sulit masuk kondisi trance. Itulah sebabnya seorang hipnoterapis
harus memahami banyak teknik serta kreatif.
Menurut Adi Gunawan, hipnosis baru dapat disebut sebagai hipnoterapi jika
menggunakan teknik-teknik tertentu untuk membantu klien menemukan sumber
masalahnya dan meningkatkan potensi diri mereka, sesuai dengan masalah yang
mereka hadapi.
"Terapi yang diterapkan harus berpusat pada diri klien atau client
centered dan bukantherapist centered," ujar Adi, yang
menimba ilmu Mind Mirror dari Anna Wise di Berkeley, Amerika
Serikat ini.
Adi juga menjelaskan bahwa dalam terapi, para terapis tidak perlu membawa klien
sampai pada kondisi trance yang sangat dalam (somnabulisme).
Dengan kondisi light trance atautrance ringan saja
terapi sudah bisa dilaksanakan.
"Kondisi deep trance hanya diperlukan kalau terapis
menggunakan teknik tertentu, misalnyaage regression, past life regression,
past life regression, atau parts therapy," kata Adi.(GHS/wid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar