Minggu, 20 Januari 2013

Family Therapy : Bagaimana cara mengatasi masalah anak ?


Setelah saya memutuskan menjadi Trainer dan Trapist setelah sekian tahun ber profesi menjadi seonrang guru di beberapa sekolah,saya sering sekali memberikan konseling dan trapi kepada anak  dan remaja umumnya masalah yang ditangani berkisar masalah keluarga,hubungan social,prilaku,kebiasaan buruk dan prestasi di sekolah bahkan ada yang sudah mulai kecanduan rokok maupun alcohol padahal masih duduk di bangku SMP.

Biasanya setelah saya memberikan peltihan dan training Motivasi di sekolah – sekolah saya biasanya memberikan penawaran kepada mereka konseling dan trapi pribadi agar bisa membantu mereka keluar dari masalah yang sedang di hadapi dalam kesempatan ini banyak yang akan dating berkonsultasi baik secara individu maupun kelompok.

Ada dua cara mengatasi permasalahan anak atau remaja
Yang pertama katagori mudah,mudah disini bukan sekedar dilihat dari kasus masalah yang akan diterapi tapi lebih pada anak yang saya terapi,yaitu jika anak itu datang dan ingin melepaskan masalahnya,saya sebut mudah karna pada prinsipnya didalam terapi saya hanya sebagai fasilatator kesembuhan lebih dominan karna memang anak ingin lepas dari masalah ini,berkaitan dengan hal ini kasus yang sering adalah kasus kecanduan seperti kecanduan game,kecanduan rokok,Alkohol bahkan maaf banyak juga teryata remaja yang sudah kecanduan hal – hal yang berbau porno,banyak juga yang menyadari jika anak merasa malas belajar,tidak tertarik dengan mata pelajaran,Fobia ketakutan berlebihan terhadap sesuatu,gelisah,Galau,hal ini mudah karna anak sudah memutuskan untuk berubah.

 banyak juga saya bertemu  klien anak-anak hingga remaja yang tergolong sulit . Umumnya masalah mereka berkisar pada masalah perilaku, kebiasaan, interaksi sosial, dan prestasi akademik/sekolah. Ada yang tidak mau mendengar orangtuanya, ada yang mogok sekolah, ada yang tidak mau bicara dengan orangtuanya, motivasi belajar rendah dan ketagihan main game, suka ribut dengan teman, dan bahkan ada yang mau minggat dari rumah. Orangtua yang kebingungan menghubungi saya dan minta tolong untuk bisa menerapi anak mereka.



Umumnya saya tidak akan langsung menerapi si anak. Saya biasanya akan minta orangtua, baik ayah maupun ibu, untuk bertemu saya di sesi awal melakukan konseling. Nah, masalah biasanya muncul di sini. Orangtua pada umumnya keberatan dengan dua alasan utama yaitu mereka tidak bisa bertemu saya, apalagi konseling, karena mereka sibuk dan ini kan masalah anak, lalu mengapa orangtua yang ikut konsultasi segala nah inilah kenapa saya sebut sulit.anak yang bermasalah tapi orang tua kepenginya tau beres
Orangtua yang tidak bersedia bertemu dan konseling dengan saya pasti akan saya tolak. Saya tidak akan melakukan terapi pada anak mereka.



Mengapa saya bersikeras bertemu kedua orangtua terlebih dahulu sebelum menerapi anak mereka?
Pengalaman  saya menunjukkan bahwa masalah utama anak umumnya bersumber dari orangtua dan atau lingkungan (keluarga). Bisa juga masalah berawal dari sekolah. Namun, mayoritas masalah anak bersumber dari orangtua. 
orangtua dan pendidikan keluarga yang dialami anak melalui interaksinya dengan dan di dalam lingkungan keluarga yang sangat menentukan kualitas tumbuhkembangnya.



Family Therapy adalah terapi yang melibatkan keluarga sebagai suatu sistem interaksi sosial dengan tujuan untuk mengatasi masalah tertentu dan atau untuk meningkatkan kualitas atau kondisi kehidupan anggota keluarga ke arah yang lebih baik. Terapi dilakukan baik dengan menggunakan konseling maupun teknik yang lebih spesifik.
Dalam melakukan Family Therapy dibutuhkan komitmen penuh dari kedua orangtua. Bila hanya salah satu saja yang komit menjalani sesi terapi maka hasilnya tidak maksimal. 

Dalam Family Therapy bila dibutuhkan orangtua juga akan diterapi. Hal ini dilakukan karena sebenarnya pola asuh orangtua, yang mengakibatkan timbulnya masalah dalam diri anak, berasal dari pengalaman hidup mereka saat mereka masih kecil. Biasanya trauma orangtua inilah yang menjadi akar masalah dalam keluarga. Misalnya orangtua yang  pencemas, suka berkata kasar, pemarah / gampang “meledak”, bersikap kasar pada anak, terlalu disiplin, suka memukul, suka mengancam, menggunakan pendekatan punishment and reward dalam mendidik anak, memberlakukan cinta bersyarat, dan masih banyak lagi perilaku lain yang tidak kondusif bagi tumbuh kembang anak.



Faktor lain lagi adalah ketidakharmonisan relasi orangtua yang berimbas pada anak. Jadi, untuk bisa membangun keluarga yang harmonis dan bahagia kedua orangtua harus mempunyai nilai dan tujuan hidup yang sejalan.
Biasanya setelah “masalah” pada orangtua berhasil diatasi melalui sesi terapi maka perubahan akan langsung tampak dalam keluarga itu dan secara luar biasa anakpun ikut berubah menjadi lebih baik.
Menyembuhkan luka batin dalam diri anak sebenarnya sangat mudah. Bila anak bersedia diterapi dan orangtua memberikan dukungan penuh, dengan melakukan introspeksi diri dan juga bersedia secara sadar berubah, maka semuanya menjadi mudah dan lancar.
Masalah muncul bila orangtua yang arogan, keras kepala, dan bersikeras mengatakan bahwa masalah anak adalah masalah anak. Bukan masalah mereka. Jadi, menurut orangtua, anaklah yang harus dibereskan.

Jadi, bagaimana  Therapy kepada anak  dilakukan?
Tentunya untuk tipe yang kedua,saya perlu berdialog dan konseling dengan orang tua,harus ada kerjasama antara saya dengan orang tua setelah orang tua sepakat mau mengikuti konseling dan pelatihan baru saya minta ketemu dengan anak berdialog teryata  permasalahan bukan Cuma sampai disini anak juga harus mau untuk bekerjasama dengan kita untuk membantu mengatasi masalahnya itu.
Oke semoga bermanfaat pada prinsipnya anak adalah produk dari orang tua maupun lingkungan prilakunya adalah adalah hasil dari lingkunganya jadi untuk masalah family terapi orang tua perlu banyak belajar dan memahami anak dan tidak kalah pentingya orang tua juga perlu tau cara kerja pikiran dan emosi selamat belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar